Artikel Terbaru

twitter

Jumat, 21 September 2012

Telaga madirda dan Gua putri

Di puncak gunung madirda,di kabupaten wonogiri,terdapat sebuah
telaga yang dinamai sama dengan gunungnya,yaitu telaga madirda. Telaga
madirda sampai sekarang masih dikeramatkan oleh penduduk sekitarnya.
Mengapa demikian? Berikut ini kisahnya.
Pada zaman dahulu, ada seorang resi bernama resi Gutama yang hidup
bahagia bersama istrinya, dan ketiga anaknya yaitu Dewi anjani,Raden
subali,dan Raden sugriwo. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung
lama. Dewi windardi yang lebih mengasìhi dewi anjani dari pada kedua
anaknya yang lain,diam-diam memberikan hadiah istimewa kepada putrinya
itu yaitu cupu manik astagina. Keistimewaan cupu yang konon milik para
dewa itu adalah dapat menyajikan keindahan seluruh dunia.Jadi dengan
membuka cupu manik astagina dewi anjani dapat melihat segala keindahan
dunia tanpa harus mendatangi tempatnya.
Keadaan itu tentu saja membuat iri raden subali dan raden sugriwa
sehingga ketiganya sering bertengkar memperebutkanya.
"tidak cupu ini milikku,kalian tidak berhak memilikinya," kata dewi
anjani. "kakak tidak adil. Kami juga putra kanjeng ibu windradi. Jadi
kami juga berhak atas cupu itu," kata raden subali dengan muka merah
padam. "benar.Aku pun berhak atas cupu itu karena aku juga putra
windardi."teriak raden sugriwa tak mau kalah.
Ketiganya kemudian tidak hanya bertengkar dengan kata-kata,tetapi juga
bertempur dengan hebat karena mereka mewarisi kesaktian resi gutama.
Resi yang sejak tadi memperhatikan kelakuan putra-putrinya menjadi
sedih,kecewa dan marah. "Berhenti kalian!" terik resi gutama sambil
mengibaskan tanganya. Akibatnya sungguh luar biasa ketiganya terpental
dan cupu manik astagina berpindah ke tangan resi. "panggil ibumu
kemari.Anjani. Bukankah cupu itu pemberian ibumu?" kata resi.
Dewi anjani mengangguk ketakutan dan segera berlari memanggil
ibunya.Dengan penuh kebimbangan, Dewi windradi menghadap suaminya.
"windradi istriku. Kenapa cupu manik astagina milik para dewa ini bisa
ada padamu?"tanya pesi gutama penuh selidik.
Dewi windradi hanya membisu karena sudah dipesan untuk menjaga rahasia
cupu itu oleh dewa surya.Melihat istrinya diam,resi gutama merasa
diremehkan,lalu murka. "Hem...., baik! Engkau aku tanya hanya
membisu,kelakuaanmu tidak ubahnya tugu batu!"
keajaiban pun terjadi begitu resi gutama selesai bicara,dewi windradi
berubah menjadi tugu batu. Sementara itu,cupu manik astagina yang
menjadi sumber masalah segera di lemparkannya jauh-jauh dan jatuh di
telaga madirda.
Dengan memacu kudanya ketiga anak resi gutama segera menuju jatuhnya
cupu. Raden subali dan raden sugriwa segera terjun ke dalam
telaga.Namun betapa kagetnya,begitu keluar telaga mereka berubah
menjadi kera. Dengan perasaan hancur,mereka segera minta tolong resi
gutama. Wajah dewi anjani yang hanya membasuh muka dengan air telaga
juga berubah menjadi wajah kera. Dengan menangis pilu ia pun segera
memohon pertolongan resi gutama.
Sejak kejadian itu penduduk disekitar telaga madirda sering
mendengar ringkik kuda yang dipercaya berasal dari kuda-kuda sakti
milik ketiga anak resi gutama. Keanehan pun terjadi jika ada kuda
betina milik penduduk yang mengimbangi ringkik kuda ajaib itu,kuda itu
akan hamil dan melahirkan kuda yang gagah dan kuat. Belum ada yang
tahu wujud kuda ajaib yang sering meringkik pada saat-saat tertentu
dan menimbulkan bunyi gemerincing yang indah itu.
Pada suatu hari seseorang bernama ki sabadrana ingin mencoba kembali
melihat kuda ajaib.Ia sudah berkali-kali mencoba,tetapi selalu gagal.
Kali ini,ia tak ingin gagal. Diam-diam dibawanya seekor kuda betina
yang memancing kuda ajaib keluar,sementara ia akan berpura-pura
mencari kayu bakar. Tidak lama kemudian terdengar ringkik kuda sangat
keras di angkasa. Kuda yang baru datang itu gagah dan luar biasa elok
bentuknya. Warnanya putih gemerlapan dengan dua buah sayap yang kokoh.
Pelana dan perhiasanya begitu mewah terbuat dari beludru,sutra dan
berlian. Sesaat lamanya ki sabadrana terpana tetapi melihat perhiasan
kuda ajaib itu timbullah niat jahat. Ia ingin menangkap kuda itu dan
merampas perhiasanya. "Huup" ki sabadrana meloncat ke arah kuda itu
namun dengan gesit kuda itu menghindar. Ki sabadrana terus-menerus
mengulangi,tetapi gagal lagi-gagal lagi. "Huup" sekali lagi ki
sabadrana menubruk kuda itu dan kali ini berhasil menangkap kakinya.
Kuda itu kaget dan dengan meringkik keras dia terbang, ki sabrana
ketakutan ia ngeri jika melihat ke bawah. Beruntung kuda itu tidak
terlalu lama terbang. Sesampainya di sebuah gua yang letaknya tidak
jauh dari telaga madirda,kuda itu menyembah seorang putri cantik yang
sedang berdiri di mulut gua. Ki sabrana pun menyembah dengan hormat
pula. "Sabadrana..., bukankah namamu sabadrana?" tanya putri. "benar
gusti putri. Hamba sabadrana," jawab ki sabadrana.
"Aku putri mardaeni,penunggu gua di telaga madirda ini.Kenapa engkau
hendak menangkap kudaku?" "Hamba..., hanya ingin memiliki perhiasan
yang dikenakan kuda ajaib itu,putri. Mohon ampun putri..., jawab ki
sabadrana. "ah engkau ingin perhiasan kudaku? Kenapa engkau tidak
memintanya baik-baik padaku? Aku akan memberikan semuanya
padamu,termasuk kudaku kata putri. "benarkah gusti putri?" sahut ki
sabdarana gembira. "benar", sabadrana tetapi ada syaratnya..."
"apa syaratnya putri? Katakanlah..."
"syaratnya sederhana.Engkau harus menemani aku di sini." "Ah kalau
hanya itu hamba dengan senang hati menerimanya,gusti putri," kata ki
sabadrana.
Sejak itu,ki sabadrana tinggal bersama putri mardaeni di gua dekat
telaga madirda itu.

modal 10 ribu hasil melimpah

2 komentar:

maaf mas rudi, kalau boleh tau cerita ini sumbernya dari mana ya? kalau dari web, boleh minta link-nya?

Apa nilai nilai yang terdapat pada cerita rakyat tersebut coba jelaskan, minta tolong dijawab bagi yg tau ya kak/bg/ibu/ bapak/dek

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More